sekaleng diet coke, satu cup nescafe Creme panas dan sebotol aqua dingin, melengkapi kercakapan dua orang pemuda di malam buta itu, di sebuah bangku di pinggir jalan, dibawah rindangnya pohon beringin, yang mungkin mereka tidak tahu sedang berada dimana kah mereka itu, dan mungkin orang-orang disitu tidak mengetahui dari manakah mereka berdua datang.
memenuhi atmosfir kaku di malam nya jalanan medium jakarta, suara gelak tawa dan resonansi suara dari percakapan kedua orang itu, kemungkinan bisa membuat para penghuni di sekitar terganggu.
dua orang manusia yang saling bersahabat, bercerita masing-masing kabar dan bertukar perasaan. sejenak waktu melabuhkan jangkarnya dan berhenti mengayuh detik. lantas jika waktu diibaratkan sebuah roda, mereka memutar kembali roda itu ke arah yang berlawanan, dan menyentuh kembali stalaktit dan stalagnit kenangan yang menggantung dan menempel di lorong memori mereka.
sebuah nuansa yang teramat syahdu mengalir antara dua sahabat itu. kejujuran akan perasaan, keinginan, dan ketulusan mulai begitu mudah untuk diutarakan.
tidak ada lagi dinding pemisah. tidak ada lagi gunung penghalang, tidak ada lagi jurang perintang. mengulang kembali kenangan semasa SMA bersama teman-teman tercinta, menceritakan pengalaman dan hal-hal yang kini baru mereka kecap dan rasakan, dan saling memberithaukan kesadaran masing-masing akan kedewasaan yang kini sudah meeka dapatkan.
masih teringat egosentrik gelora jiwa anak SMP yang sangat kekanak-kanakan dan begitu konyol dan menggelikan mewakili jiwa kami yang masih telanjang. dan seletah detik bermararhon dan membentuk jiwa dan raga kami ke transformasi yang berbeda, kami semakin menyadari bahwa sahabat itu adalah sebuah sarang mungil yang teramat hangat, nyaman dan menenangkan. dimana hanya ada helai-helai bulu yang berjatuhan, namun merupakan harta karun untuk penghuninya.
mampir dan mengintip
Friday, January 25, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
what do you think?