mampir dan mengintip

Tuesday, January 29, 2008

aku meringkuk di ranjang tua itu. gulita merambahi ketakutan bersama guntur yang teramat angkara. kuhirup dalam-dalam aroma becek tanah merah diluar halaman.
senja sudah lama dikutuk menjadi malam. aku merindu matahari, padahal hari esok masih terhalang oleh beberapa palang jam.
Bunda, aku ingin pelukan itu..
kenapa senyummu justru menakutkan ku, sentuhanmu membuatku ngilu..?
Ayah menggalikan kuburan untuku. semenjak kita tamasya ke taman sepi, semua menjadi tidak menentu. ada kalanya aku dininabobokan. dan ketika ku mulai terlelap, sepasang tangan kokoh menguncang jiwa lelapku.
aku ditarik sekaligus dari dunia mimpi, didamparkan ke dunia nyata berupa medan bertabur bunga.
-perang-


( aneh )

Monday, January 28, 2008

kata-katamu serasa jauh..
tak ada kuasa tuk ku menjangkaunya.
aku diam di sudut ruangan itu,
semut merah dalam diam merayapi pohon jambu yang dulu kita tanam.
di seberang, jendela berbingkai besi jalusi tua, ornamen tirai koyak mewakiliku.
kuhitung petak ubin menyebrangi ruangan.
selesai kuhitung mata tertumbuk tembok ber cat hitam.
rumah kelabu..
ada dijiwamu, di iwaku.
hujan di genting, irama mozart menyusupi telingaku.
indah, tertumbuk dinding rumah, ku kembali murung : tidak indah.

Friday, January 25, 2008

kabar baik dari belahan bumi tak tersentuh cela: Bumi Cinta.
akan ada musim dimana semua cuaca bergabung menyemarakan sebuah pagi. dimana musim gugur, musim semi, musim salju dan musim lainnya saling berdampingan dalam menebarkan dayanya. dedaunan berguguran sementara hawa hangat musim semi hilir mudik kesana kemari. semua begitu bersinergi..
cinta tidak membiarkan cuaca saling menumbangkan asa satu dan lainnya.
cinta membiarkan semua cuaca menjadi apa adanya tanpa harus menjadi musuh untuk cuaca lainnya. salju menetas ke bumi bak bulu angsa sang bidadari yang turun perlahan dari langit melalui tangga udara lapis awan, tanpa kalah dan meleleh oleh sengatan cahaya sang mentari musim semi.
indah bukan..? kamu tergoda untuk mengunjungi bumi cinta?
coba rabalah dadamu. rasakan sebuah daging yang berdegup didalamnya. ada ritme dalam setiap detakannya.
hati itu adalah sebuah dunia, dimana kitalah sang arsiteknya.
dan refleksi dari dunia itu adalah diri kita sendiri dengan persifatannya.
Hmm....
sekaleng diet coke, satu cup nescafe Creme panas dan sebotol aqua dingin, melengkapi kercakapan dua orang pemuda di malam buta itu, di sebuah bangku di pinggir jalan, dibawah rindangnya pohon beringin, yang mungkin mereka tidak tahu sedang berada dimana kah mereka itu, dan mungkin orang-orang disitu tidak mengetahui dari manakah mereka berdua datang.
memenuhi atmosfir kaku di malam nya jalanan medium jakarta, suara gelak tawa dan resonansi suara dari percakapan kedua orang itu, kemungkinan bisa membuat para penghuni di sekitar terganggu.
dua orang manusia yang saling bersahabat, bercerita masing-masing kabar dan bertukar perasaan. sejenak waktu melabuhkan jangkarnya dan berhenti mengayuh detik. lantas jika waktu diibaratkan sebuah roda, mereka memutar kembali roda itu ke arah yang berlawanan, dan menyentuh kembali stalaktit dan stalagnit kenangan yang menggantung dan menempel di lorong memori mereka.
sebuah nuansa yang teramat syahdu mengalir antara dua sahabat itu. kejujuran akan perasaan, keinginan, dan ketulusan mulai begitu mudah untuk diutarakan.
tidak ada lagi dinding pemisah. tidak ada lagi gunung penghalang, tidak ada lagi jurang perintang. mengulang kembali kenangan semasa SMA bersama teman-teman tercinta, menceritakan pengalaman dan hal-hal yang kini baru mereka kecap dan rasakan, dan saling memberithaukan kesadaran masing-masing akan kedewasaan yang kini sudah meeka dapatkan.
masih teringat egosentrik gelora jiwa anak SMP yang sangat kekanak-kanakan dan begitu konyol dan menggelikan mewakili jiwa kami yang masih telanjang. dan seletah detik bermararhon dan membentuk jiwa dan raga kami ke transformasi yang berbeda, kami semakin menyadari bahwa sahabat itu adalah sebuah sarang mungil yang teramat hangat, nyaman dan menenangkan. dimana hanya ada helai-helai bulu yang berjatuhan, namun merupakan harta karun untuk penghuninya.

Thursday, January 24, 2008

udah Januari lagi.. besok februari. setahun yang lalu, aku mengangankan cinta di bulan merah jambu. sungguh sayang, cinta gugur di nuansa september. ada penyesalan nakal enggak beranjak. jika diibaratkan goresan luka di tubuh, mungkin yang berbekas hanya guratan hitam. namun masih saja nyeri. nyeri ketika menyadari kasih sayang tak betah berlama lama menyuguhiku dengan hangatnya nuansa.
aku ingin tidur saja ketika itu. sepanjang musim yang gemerlap oleh luapan kegembiraan, enggan aku cecap enggan aku dekap. yang ku ingin hanya berada diruang pribadiku, dimana aku bisa bercakap-cakap dengan diriku sendiri, tanpa harus disalahkan, tanpa harus menyalahkan.
mari..
kita masuki ruang itu.
redupkan sejenak matahati yang menyala oleh dendam. kedamaian bukan didapat dari saling memaki.